Jumat, 25 Februari 2011

LOVE, DATING AND SEX

   
   Semua orang muda tentu antusias jika topik love, dating and sex, diangkat dalam acara ibadah mereka. Karena itu Gereja dan para pemimpin Kristen harus mempunyai jawaban yang dapat memuaskan kaum muda, agar mereka tidak mencari jawaban tentang love, dating and sex ini dari sumber yang salah. Di sisi lain menurut seorang Sexolog Kristiani urutan yang benar bukan love, sex and dating tetapi LOVE, DATING AND SEX.

I. LOVE (Cinta)

A. Sumber Cinta

“God is Love”, Allah adalah kasih atau cinta. I Yoh 4: 8 mengatakan,”Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah Kasih,” jadi cinta atau kasih itu sendiri berasal dari Allah. Allah mengasihi kita dan ingin supaya kita mengasihi sesama karena hanya kasih yang dapat merekatkan kita dengan sesama. Tetapi kasih yang bagaimana? Apakah kasih Eros, Philia, Storge atau Agape? Untuk mengetahuinya, mari kita mendalami masing-masing kasih ini.

B. Jenis-jenis Cinta (Kasih)

1. Kasih Eros

Di dalam kasih eros ada unsur perasaan, emosi dan kehangatan. Kasih eros merupakan suatu hal yang positip karena eros adalah pemberian Allah. Adalah wajar kalau setiap orang memiliki kasih eros, tetapi setiap kita harus berhati-hati dengan sifat eros yang tidak stabil. Karena sifatnya yang tidak stabil maka eros tidak bisa dijadikan dasar bagi suatu hubungan yang baik di dalam mencintai seseorang, karena hubungan itu tidak akan bertahan lama. Orang yang didominasi oleh kasih eros akan cenderung dikuasai oleh nafsu erotisnya yang selalu ingin dipuaskan. Karena itu dengan pertolongan Roh Kudus setiap kita diharapkan mampu mengontrol kasih eros yang ada di dalam diri kita masing-masing.

2. Kasih Philia

Philia adalah kasih persaudaraan yang di dalamnya juga ada unsur perasaan, emosi, kehangatan dan kesetiakawanan (Roma 12:10; Ibrani 13:1). Kasih yang mendasari hubungan antara teman ini pun tidak begitu stabil. Hal ini terlihat dari banyaknya permusuhan atau perselisihan yang terjadi antar teman.

3. Kasih Storge

Kasih storge adalah kasih karena ikatan darah, misalnya antara ibu dan anak, dua orang bersaudara, atau ikatan darah lainnya. Sifat kasih storge ini mirip dengan kasih philia.



4. Kasih Agape

Kasih agape adalah kasih yang tertinggi, karena di dalamnya ada kasih ilahi. Kasih agape hanya dimiliki orang-orang yang sudah menerima kasih sejati yang hanya ada di dalam Yesus Kristus. Hanya orang yang sudah menerima kasih AgapeNya yang dapat menginterpretasikan kasih sejati ini kepada sesamanya. (Mrk 12:30-31). Orang yang memiliki kasih agape dapat mengasihi musuh, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat 5:43-44). Agape bersifat stabil, karena unsur utamanya bukan perasaan atau emosi, tetapi kepada kehendak atau keputusan untuk tetap mengasihi. Kalau kita mengasihi seseorang dengan dasar kasih agape, maka kita akan berusaha berbuat sesuatu yang terbaik untuk membahagiakan orang yang kita kasihi itu, tanpa ada unsur pamrih. Keempat kasih di atas dapat kita gunakan sebagai perekat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia.

II. Dating/Pacaran

Banyak orang pada waktu berpacaran menjadi eksklusif, nempel kayak perangko, rasa cemburunya meningkat, mulai meninggalkan pelayanan, dan sebagainya, bentuk pacaran seperti ini tidak sehat. Lalu apa yang harus dikerjakan pada masa pacaran?

1. Target Pacaran Yang Sesungguhnya

Untuk mencapai perintah yang agung di dalam Kej 1:28, orang-orang Kristen harus bergaul dan berpacaran secara berbeda dibandingkan dengan orang-orang non-Kristen. Pacaran bagi orang Kristen ditandai dengan:

1. Proses peralihan dari “subjective love” ke “objective love”

“Subjective love” sebenarnya tidak berbeda daripada “manipulative love”, yaitu kasih dan pemberian yang diberikan untuk memanipulir orang yang menerima. Pacaran adalah saat yang tepat untuk mematikan “sinful nature” atau tabiat dosa dan mengubah kecenderungan “subjective love” menjadi “objective love”, yaitu memberi sesuai dengan apa yang baik, yang betul-betul dibutuhkan oleh si penerima.

2. Proses peralihan dari “envious love” ke “jealous love”

“Envious” sering diterjemahkan sama dengan “jealous”, yaitu cemburu. “Envious” adalah kecemburuan yang negative yang ingin mengambil dan merebut apa yang tidak menjadi haknya, sedangkan “jealous” adalah kecemburuan yang positive yang menuntut apa yang memang menjadi hak dan miliknya. Tidak heran, kalau Alkitab sering menyaksikan Allah sebagai Allah yang “jealous”, yang cemburu, misalnya dalam Keluaran 20:5. Begitu pula dengan pergaulan atau pacaran kaum muda Kristen harus ditandai dengan “jealous love”. Mereka tidak boleh menuntut “sesuatu” yang bukan atau belum menjadi haknya, seperti : hubungan sex, wewenang mengtur kehidupannya, dsb. Tetapi mereka harus menuntut apa yang memang menjadi haknya, sepeti kesempatan untuk berdialog, mendorong dan memajukan prestasi serta pelayanan, dsb.

3. Proses peralihan dari “romantic love” ke “real love”

“Romantic love” adalah kasih yang tidak realistis, kasih dalam alam mimpi yang didasarkan pada pengertian yang keliru bahwa kehidupan ini manis semata-mata. Kaum muda yang berpacaran biasanya terjerat pada “romantic love”. Mereka semata-mata menikmati hidup sepuas-puasnya tanpa coba mempertanyakan realitanya, misalnya:

a. Apakah kata-kata dan janji-janjinya dapat dipercaya?

b. Apakah dia memang orang yang begitu sabar, “care”, penuh tanggung jawab seperti yang ditampilkannya?

c. Apakah realita hidup akan seperti ini terus, penuh tawa ria, cumbu rayu, rekreasi, jalan-jalan atau sekedar mencari hiburan? Pacaran adalah persiapan pernikahan, oleh karena itu pacaran Kristen tidak mengenal istilah “dimabuk cinta”. Pacaran Kristen boleh dinikmati tetapi harus “sadar” dan berpegang pada hal-hal realistis.

4. Proses peralihan dari “activity center” ke “dialog center”

Pacaran dari orang-orang non Kristen hampir selalu “activity center”. Isi dan pusat dari pacaran tidak lain dari pada aktivitas, misalnya nonton, jalan-jalan, duduk berdampingan, cari tempat rekreasi, dsb., sehingga pacaran 10 tahun pun tetap merupakan 2 pribadi yang saling tidak mengenal. Sedangkan pacaran orang Kristen berbeda. Sekali lagi, orang-orang Kristen juga boleh berekreasi dsb., tetapi fokusnya bukan pada rekreasi itu sendiri, tapi pada dialog, yaitu interaksi antara dua pribadi secara utuh, sehingga hasilnya suatu perkenalan yang benar dan mendalam.

5. Proses peralihan dari “sexual oriented” ke “personal oriented”

Pacaran orang Kristen bukanlah saat untuk melatih dan melampiaskan kebutuhan sex, tetapi pada pengenalan pribadi yang mendalam. Jadi, masa pacaran tidak lain daripada masa persiapan pernikahan, oleh karena itu pengenalan pribadi yang mendalam adalah suatu keharusan.

Cara Pacaran Menurut Alkitab

Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk diantaranya hubungan kita dengan kekasih/pacar. Kita berkencan untuk mendapatkan kesenangan, persahabatan, pengembangan kepribadian dan memilih kawan, bukan untuk popularitas atau untuk merasa aman. Jangan biarkan lingkungan pergaulan memaksa kamu memasuki situasi kencan yang kurang pantas. Ketahuilah bahwa lebih dari 50% remaja putri dan lebih dari 40% remaja putra tidak pernah berkencan pada masa-masa SMA. Alkitab memberikan kita beberapa pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal kencan/pacaran.

1.Jagalah hatimu.
Alkitab mengatakan kepada kita untuk berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang kita , karena hati kita mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita.

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." ( Amsal 4:23 )

2.Kamu akan menjadi seperti teman-temanmu bergaul.
Kita juga cenderung menjadi seperti teman-teman sepergaulan kita. Prinsip ini berhubungan erat dengan yang hal yang pertama dan sama pentingnya dalam pergaulan seperti dalam hubungan kencan/pacaran.

"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." ( 1 Korintus 15:33)
3. Orang Kristen hanya boleh berkencan/berpacaran dengan sesama Kristen.
Biarpun berteman dengan teman non-kristen tidak dilarang, mereka yang khususnya dekat di hati haruslah orang percaya yang sudah dewasa yang merupakan pengikut Kristus yang taat dalam hidupnya.
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? " ( 2 Korintus 6:14 )

Rambu-rambu yang perlu diperhatikan pada oleh yang berpacaran, yaitu;
a. Hindari pertemuan yang terlalu sering
b. Jangan merencanakan pertemuan secara bersendirian tanpa pengawas
c. pertemuan bersama harus melibatkan saudara dalam kegiatan-kegiatan bersama agar pikiran tidak hanya berpusat pada sex.
d. Berusahalah untuk mengenal pribadi, watak dan kesukaan pacarmu. Pakailah waktu untuk saling mengenal satu sama lain.
e. Sering berdoa bersama dan membicarakan prinsip-prinsip Firman Tuhan dan aplikasinya bagi kehidupan orang remaja.
f. Berbicara secara terbuka tentang godaan-godaan seks dan membuat persetujuan bersama untuk saling menolong dalam membatasi pelukan, ciuman. Agar saat satu lemah, yang satu mengingatkan.mengingat bahwa kegembiraan dan kesenangan yang paling dalam ialah kesatuan roh dan jiwa, bukan hanya kesatuan tubuh.
g. Ingat bahwa bukti cinta ialah menghargai tubuh masing-masing.
h. Perempuan dan laki-laki menghindari diri dari melihat film-film porno; juga menghindari dari membaca buku-buku seks picisan.
i. Dengan mengingat bahwa laki-laki mudah terangsang lewat mata, maka wanita harus sungguh-sungguh memperhatikan cara ia berpakaian, agar tidak merangsang pacarnya atau laki-laki lain.

2. Mencari Pasangan Hidup (PH)

Untuk mendapatkan pasangan dari Tuhan, kita harus bergaul, jangan “kuper” dan jangan pernah berpikir bahwa Tuhan akan mengantarkan jodoh kita. Tetapi jangan bergaul secara sembarangan, bergaullah dalam lingkungan yang sehat, misalnya terlibat dalam pelayanan di gereja, supaya jangan sampai ketemu jodoh di night club atau discotiq. Lingkungan sangat mendukung untuk mempertemukan kita dengan jodoh yang seiman dan sepadan, tetapi bukan pula berarti gereja sebagai ajang cari jodoh.

3. Syarat-syarat Mutlak Dalam Memilih Pasangan Hidup.

1. Teman seiman, sudah lahir baru, yaitu seorang yang takut akan Tuhan.

2. Hubungan didasari oleh kasih agape, bukan kasih eros.

3. Sudah dewasa.

a. Kedewasaan Jasmanià

• UU Perkawinan RI tahun 1974 Bab I Pasal I, hukum pernikahan memperbolehkan seseorang menikah dengan sah pada usia 21 tahun.
• Mental. Apakah telah siap secara finansil/keuangan dan bertanggung jawab?

• Apakah sudah siap menghadapi berbagai permasalahan, menghadapai gesekan-gesekan yang terjadi akibat perbedaan temperamen, latar belakang kebudayaan dan kebiasaan hidup?

b. Kedewasaan rohani

• Memiliki sikap takut akan Tuhan

• Sudah mengalami pemulihan hati dan gambar diri.

• Memiliki sikap yang mau diubahkan.

• Pria yang bertanggung jawab dan dapat menjadi pemimpin dalam keluarga, dan wanita yang memiliki sikap penundukan diri dengan hati yang lemah lembut.

4. Bersabarlah untuk menunggu waktu Tuhan, sehingga waktu yang ada dapat digunakan untuk lebih mengenal calon pendamping hidup kita.

5. Harus yakin bahwa pasangan yang akan dinikahi adalah pendamping yang baik untuk menjalani hidup di masa-masa yang akan datang.

6. Mintalah konfirmasi dari Tuhan dengan berdoa, pendapat dan pertimbangan dari orang tua (Efesus 6:1-3), dan pembina rohani (Efesus 4:11-12).

D. Hal-hal Yang Perlu Diingat.

1. Jangan menikah karena harta. Harta dapat dicari, tetapi cinta tak dapat dibeli.

2. Jangan menikah karena perasaan, asmara atau rasa simpatik.

3. Jangan menikah karena rupa saja. Kecantikan dan ketampanan di luar memang indah, tetapi dapat luntur termakan oleh waktu dan usia, sebab itu carilah kecamtikan yang dari dalam (inner beauty) yang tidak akan luntur dimakan waktu.

4. Jangan menikah untuk mencari kepuasan sex.

5. Jangan menikah untuk membalas budi. Membala budi boleh, tetapi pernikahan tidak boleh terjadi atas dasar balas budi karena dasar pernikahan adalah kasih yang tulus.

6. Jangan menikah karena paksaan keluarga. Memang sebagai anak kita harus berbakti kepada orang tua, tetapi pernikahan bukanlah masalah berbakti, melainkan masalah menemukan pasangan hidup yang sepadan untuk seumur hidup kita.

7. Jangan menikah karena desakan usia yang semakin tua. Jangan pernah mengambil keputusan besar yang nantinya akan mendatangkan sengsara seumur hidup, karena itu bersabarlah dan yakinlah bahwa Tuhan pasti mempertemukan Anda dengan seseorang yang sepadan, asalkan Anda tetap berjalan di jalanNya.

III. Sex

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sexual dengan organ reproduksi. Pria dan wanita mempunyai bentuk tubuh dan perilaku yang berbeda untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. Perbedaan ini menimbulkan daya tarik, keinginan sexual terhadap lawan jenisnya. Adalah hal wajar jika manusia memiliki keinginan untuk melakukan hubungan sex, tetapi hubungan sex hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri.

A. Tujuan Allah menciptakan Sex

1. Menggambarkan betapa mesra, indah dan manisnya hubungan Kristus dengan mempelainya. (Efesus 5:31-32)
2. Menghasilkan keturunan yang ilahi (Kej 1:28; Mal 2:15)

3. Persekutuan dan kesatuan suami-istri (Kej 2:24)

4. Pernyataan cinta kasih antara suami dan istri (Kid 2:24)

5. Sebagai rekreasi, yaitu hubungan biologis yang harus dinikmati oleh pasangan suami-istri.


B. Sex Before Marriage/ Seks sebelum Menikah.

Banyak orang yang bependapat bahwa zaman sudah berubah dan mereka berpikir bahwa having sex before marriage atau melakukan hubungan suami istri sebelum menikah adalah biasa-biasa saja. Benarkah pendapat ini? TIDAK. Orang yang melakukan sex sebelum memasuki pernikahan cenderung mengalami pernikahan tidak bahagia, yang seringkali diakhiri dengan pertengkaran atau perceraian. Menurut survey, gadis-gadis akan merasa lebih bahagia ketika memasuki kehidupan rumah tangga jika mereka bisa menjaga kekudusannya. Pria yang melakukan hubungan sex sebelum menikah akan mengalami apa yang disebut “sexual salivation”, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan sex dengan wanita lain secara bergantian. Firman Tuhan jelas melarang orang muda untuk melakukan hubungan sex di luar nikah. Tuhan sangat serius dengan hal ini, karena Tuhan sudah mengaturnya di dalam Ulangan 22:13-30. Gadis yang menikah jika diketahui tidak perawan lagi akan dilempari dengan batu sampai mati, karena dianggap dengan suka rela memberikan keperawanannya sebelum menikah. Bukankah jauh lebih baik bagi orang muda berkomitmen untuk menjaga virginity (keperawanan atau keperjakaan) dan mengatakan tidak pada sex(say no to sex), dari pada menyesal seumur hidup. Jika Anda sudah pernah melakukannya, mengakulah di hadapan Tuhan, bertobat dan minta Tuhan memberi pengampunan dan memulihkan Anda.

C. Jenis-jenis Dosa Sex

1. Percabulan (Galatia 5:19). Percabulan adalah perlakuan sex yang tidak wajar, misalnya homosex, lesbian, bisex, dll.

2. Perzinahan (Roma 13:9)

a. Free sex (Amsal 6:32-33), yaitu hubungan sex di luar hubungan suami-istri.

b. Having sex before marriage (Ibrani 13:4), yaitu melakukan hubungna Sex sebelum menikah
3. Penyimpangan sex, misalnya: masturbasi, onani dan khayalan sex (Matius 5:28)

D. Penyebab-penyebab Dosa Sex

1. Pornografi yang menular melalui film porno, majalah, iklan porno dll.

2. Pola hidup bebas.

3. Tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang prinsip-prinsip kekudusan hidup.

4. Dorongan atau rangsangan biologis dari diri sendiri yang tidak terkontrol.

5. Kurangnya penjelasan tentang pendidikan sex dari orang tua, sekolah atau gereja.


Kesimpulan :
Kiranya para remaja mendasari cinta kasih kepada sesamanya atau pacarnya berdasarkan cinta agape yang tidak menuntut balas, tetapi mencintai tanpa pamrih. Dan bahkan memungkinkan seseorang untuk tetap mampu mencintai orang yang menyakiti dan bahkan menghianati cinta kita. Karena cinta agape tidak hanya mengajari kita untuk mencintai orang yang mencintai diri kita, tetapi mengajari kita juga untuk mencintai musuh kita sekalipun.
Kiranya masa remaja yang telah dianugerahkan oleh Tuhan, digunakan untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya, serta menghargai cinta dan sex yang Allah berikan. Karena Allah merupakan sumber cinta itu sendiri dan sex di ciptakan oleh Allah untuk tujuan yang mulia yaitu menggambarkan hubungan yang mesra antara Kristus dan mempelai serta sex dirancang oleh Allah untuk menghasilkan keturunan-keturunan yang ilahi. Dengan demikian kekudusan dan kesucian dari cinta dan sex perlu dijaga dan di hargai sebagai anugerah Allah.
Sumber: http://www.facebook.com/topic.php?uid=169400512207&topic=20594&post=174991

Tidak ada komentar:

Posting Komentar